Oleh : Masimantap Habeahan
Dalam menjalani hidup, sering sekali kita terpaku dalam satu arah untuk meraih impian cinta dan cita-cita kita bersama. Namun, kata “berani mencoba” bukanlah hal yang jarang kita dengarkan melainkan sudah berpuluh-puluh kali kita dengarkan atau bahkan tanpa kita menyadari bahasa tersebut sudah kita injak-injak dengan telapak kaki dalam hidup sehari-hari. Artinya, dalam kehidupan ini, aspirasi atau alternative dari orang-orang kadang sudah menjadi hal yang di sepelekan dan bahkan tidak di perlukan. Berani mencoba adalah berani menanggung segala resiko dalam mencapai tujuan atau Berani mencoba bukan berarti akan terus selalu mencoba tanpa ada limit yang ditentukan, tetapi di haruskan mencapai sasaran secara efektif.
Dalam mencoba
sesuatu hal, yang harus kita perhatikan adalah kemauan dan ketekunan untuk melakukan kreatifitas dan bukan 100%
untuk optimis. Ekspektasi memang harus
100% tetapi, ada baiknya jika kita membuat sebuah rancangan, jangan pernah
berpikir untuk menang 100% tetapi, kurang dari 100%. Banyak orang
mengalami rasa frustasi, karena orang
tersebut selalu berpendapat bahwa yang di kerjakan sudah mencapai hasil yang
maksimal atau 100% benar, tetapi pada kenyataanya tidak seperti yang
dibayangkan, sehingga cita-cita orang
tersebut putus di tengah jalan akhirnya terpaku dalam satu titik dan tidak
menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, berani mencoba harus kita telusuri
secara mendalam supaya dalam menjalankan hal yang demikian tidak ada motivasi
yang salah, artinya jika kita berdiam di tempat atau terpaku dalam satu titik,
inilah yang dinamakan motivasi yang salah. Dalam kitab Matius 7 : 7 menyatakan bahwa “ barang siapa yang mengetok pintu akan dibukakan baginya” sehingga
orang yang menghidupi firman ini tidak akan menimbulkan rasa frustasi pada dirinya
sendiri. Dan orang yang memegang firman ini akan selalu menguatkan dirinya,
karena Tuhan menyuruh kita untuk selalu mengetok pintu identik dengan berani
mencoba.
Satu hal yang menjadi contoh fakta yang dapat penulis
utarakan secara tulisan, tentang bagaimana sebernarnya motif berani untuk
mencoba. Penulis pernah membuat suatu rancangan yang pernah mengalami kegagalan
dan rasanya sangat hampir menimbulkan rasa frustasi. Penulis pernah
bercita-cita untuk menjadi seorang pembela Negara di bidang TNI AD SE-CABA
Indonesia. Tetapi, sebelumnya juga penulis pernah mengintropeksi diri
sendiri bahwa persyaratan yang
diperlukan untuk melamar TNI SE-CABA Indonesia harus mempunyai tinggi badan
minimal 163 cm. Walaupun seperti itu, penulis
selalu berpikir positif harus selalu berani mencoba sesuatu itu, karena
bilamana tidak pernah mencoba cita-citanya, maka pertanyaan akan timbul dalam hati
yang dalam adalah, mengapa saya tidak mencoba???? Singkat cerita, hasil seleksi yang sudah dilaksanakan menyatakan
bahwa si penulis pada akhirnya adalah total gagal.
Pada kesempatan ini, penulis memberikan opini tentang
kegagalan tersebut bahwa bagi penulis nasi belum menjadi bubur pada saat itu.
Artinya, walaupun ada kegagalan dalam setiap cita-cita kita bukanlah akhir dari
segalanya melainkan untuk membakitkan
motivasi yang lebih ampuh untuk menjalani impian dan cita-cita yang lain.
Berdiam diri di tempat atau berpaku tangan dalam satu tempat adalah hal yang
sangat bodoh dan tidak menyelesaikan masalah dalam hidup. Oleh karena itu,
penulis tidak henti-henti untuk mengungkapkan untuk selalu berani mencoba.
Terlalu
Memikirkan Resiko
Takut pada diri
sendiri untuk berani mencoba adalah hal yang wajar dan pantas untuk di maklumi,
tetapi jangan pernah ada rasa takut yang berlebihan pada keadaan yang sekarang.
Terlalu memikirkan resiko adalah hal yang membuat seseorang kurang mampu
menjalankan apa sebenarnya yang hendak di terapkan pada lingkungan
sekitarnya. Ketika seseorang hendak menunjukkan talenta pada sebuah pelayanan
contohnya, jikalau hanya memikirkan resiko maka, orang tersebut akan mengalami
ketidak sanggupan untuk melayani di lingkungan tersebut. Berbagai faktor-faktor
yang harus di lewati dalam melayani adalah ketika kita berani mencoba dan tidak
hanya memikirkan resiko maka yang terjadi akan lebih baik dari apa yang kita
harapkan.
Kata-Kata Dapat
Menentukan Tabiat Seseorang
Sering
sekali bahwa ketika seseorang mendapat pujian dari orang lain, baik melalui
kata-kata maupun dengan perbuatan maka akan menjadi sebuah permasalahan bagi
orang yang mendapat pujian tersebut. Betapa bodohnya orang ketika di puji tidak
menerima dengan sukacita atau tidak mengucapkan rasa berterimakasih bagi yang
memuji. Pujian adalah suatu bentuk ilahi,
atau pada hakekatnya tidak akan mengalami kenyataan atau pembuktian dengan
waktu yang singkat. Sebuah pujian terhadap seseorang atau terhadap benda akan
selalu mengalami proses dengan jangka waktu yang cukup lama, artinya adalah
pujian tersebut akan mengalami proses dan tidak dapat di paksa oleh si pemuji
untuk menghasilkan dengan kehendak si pemuji sendiri, harus waktu yang akan
menentukan. Oleh sebab itu, akan dibutuhkan keoptimisan untuk menerima hasil
yang sudah kita tanam.
Sebuah
pencerahan yang datang kepada penulis melalui seminar yang pernah di ikuti tentang kata-kata pujian yang menjadi penguasa nasib bagi seseorang, yang
sangat bermanfaat bagi penulis dan bagi anda juga yang memahaminya. Oleh
karena itu, sebuah eksperimen yang
dilakukan penulis dari kata-kata pujian yang menjadi penentu tabiat bagi
seseorang. Contohnya adalah anda
membuat seper empat nasi di dalam gelas.
Kemudian, nasi tersebut akan kita buat dua jenis tempat dan dua jenis tulisan
tentang kata-kata pujian dan kata-kata pelecehan. Pada waktu kita membuat
tulisan untuk kedua bagian eksperimen tersebut, maka apa yang kita tulis pada
gelas akan sesuai dengan kenyataan. Misalnya, tulisan dalam kedua gelas
tersebut, yaitu, gelas pertama kita
buat tulisan Engkau, Cantik, Baik, Indah dan Harmonis (dengan wajah yang senyum).
Bagian gelas yang kedua anda cukup membuat, Engkau Bodoh, Tolol, Jelek
(dengan
wajah yang menyeramkan). Kemudian, anda buat tempat yang spesifik untuk
bagian eksperimen tersebut. Setiap hari
anda cukup mengucapkan kata-kata tersebut langsung pada nasi yang ada dalam gelas,
yang di dalamnya ada nasi dengan sebutannya apa yang anda tulis pada gelas
tersebut. Apa yang anda tulis dalam gelas, itu yang anda ucapkan. Anda akan membuat
waktu kepada kedua bagian eksperimen
tersebut selama dua minggu. Maka, akan mengalami perkembangbiakan jamur pada
nasi yang sudah kita buat. Walaupun ada jamur pada kedua nasi tersebut, namun
pada kenyataanya jamur itu akan jelas berbeda warna. Warnanya, ada yang cantik
yaitu keputih-putihan dan warna yang satu lagi
warna yang tidak jelas yaitu warna agak kehitam-hitaman, cokelat dan
warna lain yang tidak merata.
Gambar:
Eksperimen Nasi Dalam Gelas Menunjukkan
Hasil yang Efektif
Berani mencoba, bukanlah hal yang menjadi kita takuti dan
bukan hal yang paling kita senangi melainkan menjadi inovasi dan kreativitas
bagi kaum muda atau mahsiswa apalagi di waktu enjoy. Kaitan eksperimen terhadap judul “berani mencoba” sangat
jelas. Ketika kita mencoba sesuatu hal yang menarik bagi kita, jikalau memang
kita mau betul-betul dan kita serius mengatakan bahwa saya pasti bisa untuk mencoba sesuatu hal itu, maka yang akan
terjadi adalah keberhasilan, atau hasil
dari yang kita lakukan memberikan makna yang cukup puas. Tetapi, ketika kita
setengah hati untuk mencoba sesuatu atau kita bermalas-malas untuk mencoba maka
sama saja seseorang memasukkan kepalanya dalam lobang hidungnya
artinya, tidak akan berarti apa-apa yang kita lakukan, tidak memberikan makna
atau nilai yang baik terhadap eksperimen anda dan seseorang dianggap gagal
sebagai mahasiswa yang berintelektual, ber inteligensi normal dan tipe orang
seperti ini, tidak akan mengalami kemandirian dalam hidup melainkan akan terombang-ambing
oleh situasi dan kondisi lingkungan.