Senin, 11 Agustus 2014

BERANI MENCOBA



Oleh : Masimantap Habeahan

            Dalam menjalani hidup, sering sekali kita terpaku dalam satu arah untuk meraih impian  cinta dan cita-cita kita bersama. Namun, kata “berani mencoba” bukanlah hal yang jarang kita dengarkan melainkan sudah berpuluh-puluh kali kita dengarkan atau bahkan tanpa kita menyadari bahasa tersebut sudah kita injak-injak dengan telapak kaki dalam hidup sehari-hari.  Artinya, dalam kehidupan ini, aspirasi atau alternative dari orang-orang kadang sudah menjadi hal yang di sepelekan dan bahkan tidak di perlukan. Berani mencoba adalah berani menanggung segala resiko dalam mencapai tujuan atau Berani mencoba bukan berarti akan terus selalu mencoba tanpa ada limit yang ditentukan, tetapi  di haruskan mencapai sasaran secara efektif.
            Dalam  mencoba sesuatu hal, yang harus kita perhatikan adalah kemauan dan ketekunan  untuk melakukan kreatifitas dan bukan 100% untuk optimis. Ekspektasi memang  harus 100% tetapi, ada baiknya jika kita membuat sebuah rancangan, jangan pernah berpikir  untuk menang  100% tetapi, kurang dari 100%. Banyak orang mengalami rasa frustasi,  karena orang tersebut selalu berpendapat bahwa yang di kerjakan sudah mencapai hasil yang maksimal atau 100% benar, tetapi pada kenyataanya tidak seperti yang dibayangkan, sehingga cita-cita  orang tersebut putus di tengah jalan akhirnya terpaku dalam satu titik dan tidak menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, berani mencoba harus kita telusuri secara mendalam supaya dalam menjalankan hal yang demikian tidak ada motivasi yang salah, artinya jika kita berdiam di tempat atau terpaku dalam satu titik, inilah yang dinamakan motivasi yang salah. Dalam kitab Matius 7 : 7 menyatakan bahwa “ barang siapa yang mengetok pintu akan dibukakan baginya” sehingga orang yang menghidupi firman ini tidak akan menimbulkan rasa frustasi pada dirinya sendiri. Dan orang yang memegang firman ini akan selalu menguatkan dirinya, karena Tuhan menyuruh kita untuk selalu mengetok pintu identik dengan berani mencoba.
            Satu hal yang menjadi contoh fakta yang dapat penulis utarakan secara tulisan, tentang bagaimana sebernarnya motif berani untuk mencoba. Penulis pernah membuat suatu rancangan yang pernah mengalami kegagalan dan rasanya sangat hampir menimbulkan rasa frustasi. Penulis pernah bercita-cita untuk menjadi seorang pembela Negara di bidang TNI AD SE-CABA Indonesia. Tetapi, sebelumnya juga penulis pernah mengintropeksi diri sendiri  bahwa persyaratan yang diperlukan untuk melamar TNI SE-CABA Indonesia harus mempunyai tinggi badan minimal 163 cm. Walaupun seperti itu,  penulis selalu berpikir positif harus selalu berani mencoba sesuatu itu, karena bilamana tidak pernah mencoba cita-citanya, maka pertanyaan akan timbul dalam hati yang dalam adalah,  mengapa saya tidak mencoba????  Singkat cerita, hasil  seleksi yang sudah dilaksanakan menyatakan bahwa si penulis pada akhirnya adalah total gagal.
            Pada kesempatan ini, penulis memberikan opini tentang kegagalan tersebut bahwa bagi penulis nasi belum menjadi bubur pada saat itu. Artinya, walaupun ada kegagalan dalam setiap cita-cita kita bukanlah akhir dari segalanya melainkan untuk  membakitkan motivasi yang lebih ampuh untuk menjalani impian dan cita-cita yang lain. Berdiam diri di tempat atau berpaku tangan dalam satu tempat adalah hal yang sangat bodoh dan tidak menyelesaikan masalah dalam hidup. Oleh karena itu, penulis tidak henti-henti untuk mengungkapkan untuk selalu  berani mencoba.
            Terlalu Memikirkan Resiko
            Takut pada diri sendiri untuk berani mencoba adalah hal yang wajar dan pantas untuk di maklumi, tetapi jangan pernah ada rasa takut yang berlebihan pada keadaan yang sekarang. Terlalu memikirkan resiko adalah hal yang membuat seseorang kurang mampu menjalankan apa sebenarnya yang hendak di terapkan pada lingkungan sekitarnya.  Ketika seseorang  hendak  menunjukkan talenta pada sebuah pelayanan contohnya, jikalau hanya memikirkan resiko maka, orang tersebut akan mengalami ketidak sanggupan untuk melayani di lingkungan tersebut. Berbagai faktor-faktor yang harus di lewati dalam melayani adalah ketika kita berani mencoba dan tidak hanya memikirkan resiko maka yang terjadi akan lebih baik dari apa yang kita harapkan.

Kata-Kata Dapat Menentukan Tabiat Seseorang
Sering sekali bahwa ketika seseorang mendapat pujian dari orang lain, baik melalui kata-kata maupun dengan perbuatan maka akan menjadi sebuah permasalahan bagi orang yang mendapat pujian tersebut. Betapa bodohnya orang ketika di puji tidak menerima dengan sukacita atau tidak mengucapkan rasa berterimakasih bagi yang memuji. Pujian adalah suatu bentuk ilahi, atau pada hakekatnya tidak akan mengalami kenyataan atau pembuktian dengan waktu yang singkat. Sebuah pujian terhadap seseorang atau terhadap benda akan selalu mengalami proses dengan jangka waktu yang cukup lama, artinya adalah pujian tersebut akan mengalami proses dan tidak dapat di paksa oleh si pemuji untuk menghasilkan dengan kehendak si pemuji sendiri, harus waktu yang akan menentukan. Oleh sebab itu, akan dibutuhkan keoptimisan untuk menerima hasil yang sudah kita tanam.  


Sebuah pencerahan yang datang kepada penulis melalui seminar yang pernah di ikuti tentang kata-kata pujian yang menjadi penguasa nasib bagi seseorang,  yang sangat bermanfaat bagi penulis dan bagi anda juga yang memahaminya. Oleh karena itu, sebuah eksperimen  yang dilakukan penulis dari kata-kata pujian yang menjadi penentu tabiat bagi seseorang. Contohnya  adalah anda membuat  seper empat nasi di dalam gelas. Kemudian, nasi tersebut akan kita buat dua jenis tempat dan dua jenis tulisan tentang kata-kata pujian dan kata-kata pelecehan. Pada waktu kita membuat tulisan untuk kedua bagian eksperimen tersebut, maka apa yang kita tulis pada gelas akan sesuai dengan kenyataan. Misalnya, tulisan dalam kedua gelas tersebut, yaitu, gelas pertama kita buat tulisan Engkau, Cantik, Baik, Indah dan Harmonis (dengan wajah yang senyum). Bagian gelas yang kedua  anda cukup membuat, Engkau Bodoh, Tolol, Jelek (dengan wajah yang menyeramkan). Kemudian, anda buat tempat yang spesifik untuk bagian  eksperimen tersebut. Setiap hari anda cukup mengucapkan kata-kata tersebut langsung pada nasi yang ada dalam gelas, yang di dalamnya ada nasi dengan sebutannya apa yang anda tulis pada gelas tersebut. Apa yang anda tulis dalam gelas, itu yang anda ucapkan. Anda akan membuat waktu  kepada kedua bagian eksperimen tersebut selama dua minggu. Maka, akan mengalami perkembangbiakan jamur pada nasi yang sudah kita buat. Walaupun ada jamur pada kedua nasi tersebut, namun pada kenyataanya jamur itu akan jelas berbeda warna. Warnanya, ada yang cantik yaitu keputih-putihan dan warna yang satu lagi  warna yang tidak jelas yaitu warna agak kehitam-hitaman, cokelat dan warna lain yang tidak merata.
                                          
Gambar: Eksperimen Nasi Dalam Gelas Menunjukkan
Hasil yang Efektif
            Berani mencoba, bukanlah hal yang menjadi kita takuti dan bukan hal yang paling kita senangi melainkan menjadi inovasi dan kreativitas bagi kaum muda atau mahsiswa apalagi di waktu enjoy. Kaitan eksperimen terhadap judul “berani mencoba” sangat jelas. Ketika kita mencoba sesuatu hal yang menarik bagi kita, jikalau memang kita mau betul-betul dan kita serius mengatakan bahwa saya pasti bisa untuk mencoba sesuatu hal itu, maka yang akan terjadi adalah keberhasilan, atau  hasil dari yang kita lakukan memberikan makna yang cukup puas. Tetapi, ketika kita setengah hati untuk mencoba sesuatu atau kita bermalas-malas untuk mencoba maka sama saja seseorang memasukkan kepalanya dalam lobang hidungnya artinya, tidak akan berarti apa-apa yang kita lakukan, tidak memberikan makna atau nilai yang baik terhadap eksperimen anda dan seseorang dianggap gagal sebagai mahasiswa yang berintelektual, ber inteligensi normal dan tipe orang seperti ini, tidak akan mengalami kemandirian dalam hidup melainkan akan terombang-ambing oleh situasi dan kondisi lingkungan.